Postingan

Cerita Masa Kecil

Gambar
Tentang seorang anak yang tak patuh pada aturan ortunya, antara lain setiap disuruh tidur siang dia seringkali menyelinap keluar rumah dan pergi bermain sesuka hatinya. Dari teguran halus sampai dengan amarah tetap saja si anak masih mengulanginya. Suatu saat sampai dengan melewati waktu senja anak tersebut belum juga kembali kerumah, menyebabkan ibunya sangat kawatir dan berusaha mencari ke segala penjuru desa dan menemukannya sedang bermain disungai dekat tanggul.

Keping-keping buram

Gambar
Sangat terkesan dengan visualisasi iklan Djarum. Begitulah sejatinya yang terjadi sehari-hari pada kehidupan setiap manusia, setiap saat didera keping-keping pikiran sumpek dari diri sendiri ataupun dari orang lain, yang berakibat mengotori jiwa. Pun yang beredar diseantero bumi, ibarat padatnya lalu-lintas jalan raya dan kita semua bisa terpapar oleh polusinya.   Sebab masing-masing otak memunculkan gelombang elektromagnetik yang sebenarnya dapat dirasakan-oleh yang peka.

Ibarat saklar

Gambar
Ber-agama bukan tentang agamaku apa, bukan juga tentang atribut agamaku tetapi tentang Rasa dari-Nya, Rasa yang tumbuh pada hati nurani. Rasa dihati hasil diri yang sadar akan keberadaan-Nya : setiap detik-setiap waktu-dimana saja selalu bersama-Nya. Hati yang dipenuhi Sang Maha Kasih. Akan mampu merasakan bersama-Nya jika jiwa sudah tak tertutupi oleh nafsu-nafsu angkara. Jiwa yang semakin bersih dari penyakit hati akan memancarkan Rasa yang semakin halus…dan semakin halus. Jiwa bagaikan saklar lampu, jika di ON-kan maka akan mengalirkan suatu getaran rasa cinta yang berasa sungguh sangat nyaman luar biasa, suatu getaran dahsyat yang mengaliri diri. Terasakan tenang-damai-bahagia lalu timbullah terang pada pikiran-mampu memahami segala hal pasti menyebabkan kebaikan. Ibarat bohlam lampu yang telah bersih dari tebalnya debu, cahayanya mengiringi langkahnya maka pijakan langkahnya menuju membaikkannya. Tak ada prasangka baik pun buruk karena ternyata semua sama, s

Ibarat Berenang

Gambar
Ber-agama itu ibarat berenang. Harus memahami teorinya dan lalu mampu mempraktekkannya, kudu berlatih berulang-ulang hingga melaju lancar dalam menjalaninya. Tak cukup hanya sekedar membaca teorinya dan pasti bisa. Ahhh itu mah mudaah, tinggal masuk ke air, kedua kaki diangkat-tubuh akan mengapung, gerakkan kedua kaki dan seterusnya ikuti sesuai teori. Begitu terjun ke air kenapa tak bisa mengapung ??? Dan… blebeeg-blebeggg terminum banyak air sampai tersedak-sedak !! Lalu trauma tenggelam …

Gajah

Gambar
Teringat cerita masa kecil : Ada seekor gajah kakinya dirantai disuatu tempat. Sehari-hari gajah tersebut berada ditempat itu, selama bertahun-tahun tak pernah berpindah atau dipindahkan oleh pemiliknya. Suatu saat si pemilik tak sanggup lagi memeliharanya dan bermaksud melepas liarkannya. Dilepaskannya rantai kakinya berharap gajah itu pergi dengan begitu saja. Sehari dua sampai seminggu si pemilik masih datang membawakan makanan.

Mengeluh

Gambar
Seorang ber-agama semestinya tegar dan tidak mudah mengeluh, sebab didalam dirinya telah yakin akan bimbingan dan perlindungan-Nya.   100% yakin !!. Mengeluh itu karena dirinya merasa kawatir dan takut kepentingannya tak tercapai lalu mencari kesalahan pada yang lain. Mengeluh terkandung juga makna tak pandai bersyukur. Adanya kesulitan justru dapat dijadikan sarana belajar menjadi lebih pintar. Maka bagi si pengeluh dirinya tak bersyukur telah mendapatkan sarana untuk belajar. Lebih asiikk mengeluh dan terus mengeluh.

Just Baju Luar

Gambar
Seorang ber-agama tidak karena tampilan luarnya, baju bisa diubah sesuka kepentingannya. Jika hanya diukur dari pakaiannya maka penjahatpun lekas belanja kepasar dan dalam sekejap akan beralih rupa. Melihat tampilan luar hanyalah memberikan pandangan yang terbatas dan tak sempurna. Lebih celaka hasilnya pun bisa sebaliknya, sebab hasil tangkapan   panca indra sangatlah tergantung imajinasi dari pikirannya. Yang juga masih bisa tertangkap panca indera adalah tingkah lakunya, tutur katanya, sepak terjangnya. Itupun dapat pula direkayasa sesuai kepentingannya. Ibarat seorang aktor yang harus menampilkan berbagai karakter peran panggungnya.

Temperamental

Gambar
Tak sengaja melihat seseorang yang sedang kalap saking marahnya…jadi tertarik menulis sesuatu untuk sekedar mengingatkan. Banyak orang terjebak membedakan antara seorang yang tegas vs seorang yang temperamental. Banyak yang menganggap keduanya sama saja.   No way !!   Salah besar !! Seorang yang tegas tak selalu tampak dari tampilan luarnya, bisa jadi terlihat pendiam atau tenang. Tegas adalah sikap yang berani dan percaya diri didalam mengungkapkan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan secara jelas, nyata dan pasti dengan dasar pemikiran yang rinci. Tidak harus menyampaikan pendapatnya dengan nada suara tinggi atau menggelegar. Sedangkan yang temperamental adalah seorang yang memiliki kebiasaan bersikap keras, pemarah dan mudah emosi tanpa melihat situasi yang ada.

Hati Membatu

Gambar
Ber-agama  bukan sebatas urusan pintar membaca ayat-ayat suci, bukan sekedar berlomba menghapal isi kitab agama, bukan hanya cukup menjalankan ibadah fisiknya, bukan pula urusan pengumpulan massa. Ber-agama agar pandai menggunakan hati nurani hingga mampu menyatu bersama Rasa-Nya, Rasa Welas Asih-Nya yang sangat menyejukkan-yang tak dapat digambarkan dengan seluruh kalimat saking indahnya, yang menentramkan tiada tara, yang menenangkan tiada tandingan, yang membahagiakan tanpa syarat. Ber-agama adalah belajar mempunyai rasa empati, rasa tepa salira, rasa toleransi, rasa menghargai, rasa menghormati, rasa mengasihi kepada sesama makluk dan alam semesta raya tanpa bersyarat. Ber-agama itu adalah belajar melembutkan hati nurani. *Kawan, jangan sampai kau lupa mengasah hati nuranimu agar semakin bersih dari segala penyakit hati, jika kau hanya berfokus memintarkan akal pikirmu saja maka bertahap hatimu akan membatu.

Gunung Es

Gambar
Ber-agama itu seperti fenomena sebuah gunung es, tak cukup hanya menjalankan seperti apa yang tampak disebatas pandangan mata saja, sebab tanpa mau menyelam di kedalaman relung nurani maka hanya akan mendapati pada sebatas rumangsa/ke ge-er an /sok merasa iya… ala akal pikiran saja. Hanya rumangsa telah berada dijalan-Nya. Masuklah !! kedalam relung hati-mu maka kau akan mendapatkan ilmu-Nya yang sungguh tak terhingga. Kau akan diberitahu banyak hal oleh-Nya. Jika hanya menggunakan akal pikir saja maka tak akan mampu menjangkau keberadaan-Nya. Menyelamlah semakin dalam !! Maka kau akan bersinergi dengan-Nya, Keindahan yang kau rasakan bahkan tak terhingga…. Tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkannya, dan Rasa itu tak dapat dibuat-buat dengan disengaja. Buktikan !! *…yakin !! pasti kau tak ingin meninggalkan saat-saat seperti itu.

Nyepi

Berjalan menyusuri kedalam diri, menilik laku yang senantiasa bertubi-tubi, menelasak kesana kemari tiada henti, mengikuti nafsu dan keegoan diri. Kudu sejenak merasakan jeda bersama sang jiwa, agar bersama merasakan terhargai, bersemedi sarana melembutkan sang diri. Tengok kekurangan-kelemahan-kesalahan, Jangan sampai menjadi proses yang abadi Tuk diteruskan pada hidupnya nanti. Nyepi kedalam diri… Tuk tujuan akhir bersih nan suci. Selamat merayakan Hari NYEPI Untuk seluruh sobat bangsa Indonesia yang melaksanakannya.

Menghargai

Menghargai sesama manusia… Kalimat simpel yang artinyapun tampak simpel. Benarkah   ? Coba tengoklah kedalam dirimu sendiri : Seumpama kau bertemu seorang renta yang kumuh lalu kau merasa iba kepadanya dan memberinya sejumlah uang. Ternyata orang tersebut tiada seucap katapun untuk berterima kasih… -Apakah kau masih betul-betul merasakan ketulusan hatimu ?   Atau kau bersungut merasa tidak suka   ?? Atau kemudian orang tersebut ingin bersalaman untuk mengucapkan terima kasihnya… -Apakah kau menyambut uluran tangannya dengan tulus sepenuh sukamu ?   Atau kau merasa geli sebab melihat tangan kumuhnya ? *Masihkah ketulusanmu kau ukur hanya dengan melihat perbedaan kaya vs miskin ? Tengoklah kedalam dirimu sendiri karena hanya kau dan Allah Sang Maha Tahu yang mengetahui hatimu !!

Akal+Nurani = AKAL SEHAT

Setiap manusia diberi Pikiran dan Nurani oleh Sang Pencipta. Dari pikiran bisa muncul respek dan penghormatan tetapi dari pikiran pula awal munculnya ego dan hawa nafsu. Dari pikiranlah penilaian berasal, sebab panca indera selalu terhubung dengan pikiran. Seseorang dengan hawa nafsu dan ego yang kuat tak akan mampu menghargai orang lain apalagi harus mengasihi, rasa hatinya pasti beku sebab dia selalu bertumpu pada penilaian hanya sebatas dari panca inderanya saja.

Melebur

Ibadah tertinggi seorang manusia adalah mampu meleburkan dirinya pada rasa pengasih dan penyayang-Nya hingga rasa-KU juga menjadi rasa-ku. Rasa Pengasih-Penyayang-Nya tentu tak berjeda dan tak berjarak. Tidak bersyarat ataupun berbatas. Meliputi segalanya. Manusia-manusia yang sudah tercerahkan akan mampu memahami dan menghayati tanpa mencela atau mengeluhkannya bahwa semua makluk-Nya adalah sama-setara.

Mabuk

Seseorang yang mabuk sudah pasti tak mampu berpikir jernih apalagi bertindak untuk kebaikan. Langkahnya tak mungkin bisa lurus, selalu grusa-grusu menabrak kesana-kemari. Tak mampu mengendalikan dirinya sendiri apalagi harus mengendalikan orang lain. Mabuk minuman, mabuk asmara, mabuk jabatan, mabuk kekayaan, mabuk ketenaran, mabuk agama….judulnya tetaplah mabuk.